Tuesday, January 10, 2023

#BracesJourney7: Kontrol Behel Tiga Bulan Pertama, Perubahannya Signifikan! | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨

Dirapel dong postingannya, mana udah ganti tahun 😮😭 bakal panjang nih ceritanya, siap-siap~

Aku sudah melewatkan 3 kali kontrol selama ngga posting di sini, dan perubahannya signifikan banget! Aku coba ingat-ingat dulu ya kontrol yang sebelumnya seperti apa. Dan aku akan beranikan diri untuk post seintip gambar before-after yang menurutku udah sangat signifikan ini. Sooo happy!


Perjalanan Hingga Kontrol Perdana 22 September 2022

Berdasarkan jejak di galeri fotoku, di tanggal 27 Agustus yaitu seminggu setelah pemasangan braces rahang bawah, aku sudah mulai makan nasi sop dan makan jajanan pertamaku yaitu cirambay (yang teksturnya kenyal-kenyal). Di minggu yang sama, aku sempat ke kantor dan makan katering kantor nasi lauk pauk lengkap, bukan bubur, dan habis bersih, menghabiskan waktu satu jam. Dengan ini kembali sudah kemampuanku dalam mengunyah makanan, meskipun tetap harus dipotong kecil kecil sebelum masuk mulut, dan makanan jadi gampang nyangkut.

Makan risol aja harus pake sendok garpu, dipotong dua, dan dipotong lebih kecil lagi.

Memang setelah pemasangan behel rahang bawah ini aku lebih beranikan diri dan lebih cepat terbiasa untuk mengunyah makanan dengan tekstur biasa. Tapi ternyata keberaniannya terlalu berlebihan alias barbar, sampai aku sempat mengalami sakit gusi karena kepentok saat makan keripik. Dan, masih ada lanjutan barbarnya, kawat yang melilit di taring kiri bawah juga copot gara-gara aku makan makaroni ng*he di kantor. Hehehe maklum udah hampir dua bulan makan bubur terus, sekalinya udah bisa makan seperti biasa eh barbar.

Kontrol pertamaku setelah pasang behel lengkap atas bawah adalah 5 minggu setelahnya, di tanggal 22 September 2022. Excited banget akhirnya kontrol pertama! Akhirnya kembali lagi ke klinik yang nyaman dan vibes-nya menyenangkan yaitu Audy Dental Depok. 

Proses kontrolnya cepat, hanya sekitar 15-20 menit. Drg Putri memeriksa kondisi gigiku lalu melakukan pengantian kawat. Seingatku, kawatnya diganti dengan ketebalan yang lebih tinggi satu level di atas yang sebelumnya. Selain itu tentunya kawat lilit yang copot juga diganti dengan yang baru, dan semua kawat lilitnya dikencangkan. Ngilu? Ya.

Kondisi gigiku di kontrol pertama ini masih sama, masih ada tiga gigi yang belum terpasang bracesnya atau masih di-bypass karena posisinya masih berjejal. Yaitu dua gigi seri atas yang samping taring, dan satu gigi seri bawah yang di samping taring kanan. Selain itu, dua gigi seri paling depan yang bagian atas juga masih di-bypass meskipun sudah terpasang bracket.

Malam harinya gusiku terasa ngilu yang lebih ke arah gatal. Aku juga bingung menjelaskannya. Menurutku bukan rasa sakit, hanya seperti ngilu tidak nyaman aja. Mungkin kalau bayi mau tumbuh gigi rasanya seperti ini ya, karena sedang ada pergerakan gigi di gusinya. Rasa ngilunya sepertinya masih terjadi beberpa malam setelahnya tapi berangsur berkurang dan tidak sampai yang terlalu menggangu.


Insiden Oktober, Sebelum Kontrol Kedua 6 November 2022

Mari kujabarkan kembali segala kebarbaranku antara kontrol pertama dengan kontrol kedua kali ini. Kebetulan, pada pertengahan Oktober aku ada outing dengan tim kantor ke Kota Malang! Aku menghabiskan banyak waktu untuk kulineran dan bercanda ria bersama teman-teman. Di awal kedatangan, ada satu hari dimana seharian aku kulineran dan ketawa terus karena interaksi pertemanan yang penuh gimmick. Malam harinya, mimpi buruk itu datang.....

Aku merasakan sakit yang teramat sangat di gusi kanan bagian belakang. Sepanjang hari ini aku memang merasakan bagian dalam pipi seperti tergores kawat behel, tapi kalau aku gembungkan pipi agar bagian dalam pipinya menjauh dari kawat, rasa sakitnya berkurang meski nanti balik lagi. Dan di malam harinya rasanya semakin sakit. Aku coba senterin ke dalam mulut saat bercermin untuk lihat kondisi gusi, dan ternyata aku menemukan bahwa.... Kawat melengkung, yang melintang sepanjang gigi rahang bawah, bagian ujungnya menusuk rongga gigi bagian belakang. Benar-benar posisinya menusuk daging rongga mulut belakang dan area sekitarnya sudah bengkak.

Akhirnya aku coba geser kawatnya agar tidak nancep dan untungnya bisa. Jadi, karena jenis behelku self ligating, kawat yang melengkungnya dapat bergerak fleksibel jika ada tekanan yang cukup kuat. Mungkin ketika aku barbar kulineran dan ketawa seharian ini, kawatnya geser sampai nancep di rongga belakang. Meskipun ngga berdarah tapi rasanya sakit banget ngga nyaman dan terasa bengkak. Aku udah seneng banget sejauh ini mulutku cuma pernah sekali sariawan di daerah bibir bawah, selebihnya aman. Eh ternyata ada insiden kawat nancep ini. Jadi pelajaran banget buat aku perhatiin posisi kawat setiap habis makan. 

Saat sariawan sebelumnya aku hanya punya obat sariawan gel. Karena insiden kali ini posisinya bengkak di dalam banget, kalau aku oles gel akan rawan tertelan jadi obatnya kurang bekerja maksimal. Akhirnya aku memutuskan beli obat sariawan yang kumur dan semprot, siapa tau bisa bantu redakan nyeri atau bengkaknya. Benar saja, setelah kumur pertama dan aku combo dengan obat semprot, rasa nyerinya berkurang jauh sekali. Kurang lebih sehari setelahnya kondisinya sudah membaik dan aku ngga pakai lagi obat kumurnya. Harganya mahal, isinya dikit, tapi Alhamdulillah ampuh. Sekali lagi, jadi pelajaran banget untuk insiden kali ini.

Penyelamatku

Setelah kontrol pertama sampai kontrol kedua ini aku memberi jeda 6 minggu alias 1,5 bulan. Terlihat pergeseran gigi taring yang cukup signifikan, memberikan ruang untuk gigi berjejal di sebelahnya. Akhirnya di kontrol kedua ini tanggal 6 November 2022, tiga gigi yang belum dipasang bracket akan dipasang! Bulan-bulan pertama ini adjustment selalu ada, slow but sure

Setelah dipasang bracket dan dilewati kawat melengkung, giginya berasa ketarik kenceng banget, padahal dua gigi seri depan sampai saat ini masih di-bypass. Kata drg Putri, kalau dipaksakan ikut dilintasi kawat melengkung, jadinya pergerakannya malah akan maju ke depan dulu. Drg Putri juga menjelaskan pergerakan gigi lainnya, mana yang mendapat gaya dorong agar maju atau mundur hingga nantinya yang semula berjejal akan jadi sejajar dulu. Aku ngomong ooh sok ngerti

Aku bener-bener percaya sama tahapan yang akan dilakukan drg Putri karena beliaulah spesialis ortho-nya, aku bagian menikmati rasa ngilu dan hasilnya aja dan juga bagian ngeluarin duit. Aku pulang dengan perasaan happy (selalu happy sih, kecuali pas cabut gigi di awal hahaha). Setiap selesai kontrol aku dianjurkan untuk tidak makan beberapa jam ke depan, tapi tetap boleh (harus) minum air putih.

Seingatku malam harinya juga rasa ngilunya sama seperti sebelumnya, ngilu seperti ada gatalnya. Kadang mijit area gusi dari bagian luar mulut cukup membantu sih. Entah kenapa kontrol kedua ini aku bikin appointment berikutnya hanya jeda sebulan (padahal kontrol self ligating boleh jeda sampai dua bulan), ternyata setelahnya ada insiden lagi....


Insiden Lainnya Hingga Kontrol Ketiga Tanggal 8 Desember 2022

Tiada waktu terlewat tanpa sebuah insiden, Kali ini insidennya bukan karena kebarbaranku sih (kayaknya). Jadi tiga hari setelah kontrol sebelumnya, aku bangun di pagi hari yang cerah. Sadar tidak sadar aku pasti selalu ngaca menyapa gigi-gigiku setiap pagi (setiap waktu sih kalo ada waktu luang sekarang hobiku ngaca sambil nyengir). Aku melihat ada sesuatu yang berbeda di salah satu gigiku. Di gigi seri bawah sebelah taring kanan, yang kemarin baru aja dipasang bracketnya terakhir, terlihat biji bracketnya copot dari gigiku dan menggantung begitu aja di kawat melengkungnya. Hwaw ternyata sampai juga aku pada kejadian bracket copot ini. 

Aku langsung WA Kakak Admin Audy Dental yang selalu siap membantu. Ternyata selama tidak mengganggu tidak masalah, bisa dipasang saat kontrol berikutnya saja. Kakak Admin juga menjelaskan tidak dikenakan biaya pengeleman lagi karena ada garansi 3 hari setelah pemasangan, kalau sudah lewat masa itu dikenakan biaya pemasangan kembali sekitar Rp55.000 per biji bracket. Horeee tapi tidak hore juga. 

Keuntungan lainnnya kalau self ligating karena dia ada sistem penguncian sendiri, biji bracketnya kalau copot dari gigi akan tetep menggantung aja di kawatnya, anti hilang. Karena kalau hilang, harus diganti baru yang harganya sekitar Rp850.000 per biji bracketnya. Aku selalu mastiin biji bracketnya masih menggantung di situ jangan sampe hilang hahahaha. Di mulut rasanya agak sedikit ngga nyaman sih karena posisinya dia menggantung dan bisa keputer-puter gitu. Jadi suka salah fokus muter-muterin bracketnya.

Insiden biji bracket copot menggantung ini terjadi hanya 4 minggu saja. Di kontrol ketiga tanggal 8 Desember, biji bracket itu harus kembali menjalankan tugasnya setelah puas main ayunan selama sebulan. Biji cracket itu dipasang kembali pada tempatnya, kali ini dengan pengeleman dan disinari biru yang lebih lama agar lebih menempel. Pas aku lihat, biji bracketnya kayak gosong warnanya hahahaha sepertinya akibat disinari biru yang agak ekstra. Begitulah akhir cerita dari si biji bracket.

Di kontrol ketiga ini juga ada adjustment lagi. Dua gigi seri atas yang sebelumnya di-bypass, sekarang sudah dimasukkan kawatnya ke bracket. Rasanya lengkap sudah setelah melewati bagian ini. Tapi efeknya, rasa ngilu dan gatelnya seperti meningkat dibanding kontrol sebelumnya. Keceng banget dan lebih ngilu gatel. Ngga apa, itu tandanya semakin banyak pergerakan gigi and it works!

Sepulangnya dari kontrol kali ini, aku iseng foto kondisi gigi karena sebelumnya ngga rajin tapi kadang sempet foto juga. Setelah aku sandingkan dengan foto bulan sebelum-sebelumnyam ternyata keliatan banget bedanya huhuhu terharuuu. Berikut seintip gambarnya (pakai editan annoying, meskipun banyak yang jago edit gapapa sedikit berusaha semoga ngga disalahgunakan oknum penjual/penipu tidak bertanggung jawab).

Progres gigiiii aaa terima kasih gigi!



Terharu pokoknya speechless.

Sudah dulu deh. Sampai ketemu di kontrol berikutnya (atau post berikutnya yang rapel 3x kontrol ini hehe)!
Continue Reading...

Sunday, August 21, 2022

#BracesJourney6: Pasang Behel Rahang Bawah | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨

Akhirnya akhirnya akhirnyaaa!

Setelah melewati proses cabut mencabut gigi yang sangat berkesan, sampai juga di appointment berikutnya tanggal 18 Agustus 2022 yang sudah dijadwal dari bulan lalu. Sesuai yang direncanakan aku melakukan pemasangan behel untuk rahang bawah pada pertemuan ini.

Aku dijadwalkan jam 15.30 dan seperti biasa aku datang lebih awal. Sambil menunggu rasanya excited dan ngga sabar. Aku nunggu di lantai 1 area pintu masuk dan resepsionis, mendekati jadwal ternyata drg Putri datang masuk lewat pintu depan klinik dan langsung menyapa aku dengan ceria. Waah aku di-notice hehehe. Tidak lama, setelah drg Putri bersiap di ruangan dan keluar lagi ke area resepsionis, beliau langsung sambil manggil aku untuk masuk ke ruangan.

Ruang tunggu yang nyaman di Audy Dental

Masuk ke ruangan yang sama, ketemu dokter yang sama, dengan penyambutan yang ramah dan ceria seperti biasa, rasanya makin excited dan seneng. Sebelum duduk di dental chair, drg Putri tanya-tanya kondisi setelah cabut kemarin gimana dan rasanya pakai behel rahang atas gimana. Aku juga sempet nanya-nanya sedikit tentang kondisi gigi yang sempet sakit tapi ternyata itu adalah hal yang normal. Kami lanjut ngobrol sambil aku diarahkan duduk di dental chair.

Ketika diperiksa kondisi gigi dan gusinya dibilang bahwa penyembuhan gusi yang giginya dicabut sudah bagus. Wah lega dan senang, rasanya ngga sia-sia rasa sakit waktu cabut gigi kemarin hahaha. Setelah diperiksa beberapa kali namun cukup singkat, penggantian kawat untuk rahang atas dan pemasangan behel untuk rahang bawah pun dimulai.

Kering dan asin, rasanya masih sama waktu pasang rahang atas. Tapi kali ini rasanya lebih asin banget, atau karena akhir-akhir ini jarang makan yang asin-asin ya karena cuma bubur doang. Dan kali ini cukup banyak pergerakan di sekitar kepala aku selama proses pemasangan. Jadi, pasang rahang atas kemarin ternyata dua graham paling belakang belum dipasang bracketnya. Nah di pertemua kali ini baru dipasang kecuali satu rahang paling belakang, baik rahang yang atas dan yang bawah. Di geraham belakang ini ruangnya lebih sempit karena udah mentok ke pipi dan tulang yang di deket rahang, jadi drg Putri kayaknya harus keluarin tenaga lebih buka bagian mulutku yang graham belakang, rasanya agak keteken dan kerudung berantakan hahaha tapi ngga sakit sama sekali kok. Drg Putri sampe bilang sorry berkali-kali selama tindakan karena area dalam pipiku emang banyak ditarik-dorong dan kepala aku agak ketahan.

Pemasangan biji-biji behelnya berjalan lancar. Bagian yang sudah dikasih lem, dibilas, dikeringkan, ditempel bracket, lalu disinar biru agar kering. Ketika diskusi awal dokter sudah bilang akan narik gigiku di dekat gusi yang dicabut. Masuklah kami ke proses tersebut. Beberapa gigi di kanan dan kiri gusi yang dicabut dipasang kawat yang melingkari ke bracketnya, lalu kawatnya dikencangkan dengan cara diputer-puter atau dililit di bagian ujung. Ketika diputer-puter tentunya kawatnya akan mengikat lebih kencang ke bracket dan giginya, dan rasanya cukup ngilu sesaat. Aku sempet beberapa kali reflek mengeluarkan suara a kesakitan tapi singkat. Wow ternyata literally ditarik giginya. Agak syok tapi ngilunya hanya sebentar saat kawatnya dililit. Setelah proses lilit kawat ini baru kawat lengkung dipasangkan ke bracketnya. Beberapa gigiku yang posisinya menumpuk masih belum dipasangi bracketnya, mungkin setelah gigi yang ditraik sudah bergeser dan ngasih ruang lebih untuk gigi yang menumpuk baru bracket di gigi tersebut akan ditambah. Kalau ditotal untuk tindakan pemasangan behel rahang bawah kali ini sekitar 30-35 menit, belum termasuk konsultasi alias ngobrol-ngobrol dan waktu tunggu lainnya.

Ilustrasi kawat tambahan yang dililit

Selesai pemasangan drg Putri memastikan tidak ada kawat yang menusuk di mulutku, aku coba gerakkan mulutku sambil dirasa-rasa, dan memang aman tidak ada rasa menusuk. Aku coba buka tutup mulut dan gerakan menggigit, rasanya aneh banyak besi di mulut. Aku diberi beberapa arahan untuk posisi mulut, lidahku harus diposisikan di langit-langit mulut dan tidak boleh mendorong gigi. "Yah kalo reflek gimana dok," ternyata harus dibiasakan, karena gerakan sebelumnya reflek lidahnya mau ngisi ruang dengan ngejar posisi gigi yang depan. Lalu drg Putri juga melarang aku menggerakkan rahang bawah terlalu ke depan, "Jangan dibiasain, kan mau kita koreksi yah."

Setelah tindakan aku ngobrol dan tanya-tanya sedikit, salah satunya jadwal kontrol berikutnya. Salah satu keuntungan self ligating adalah jadwal kontrol bisa antara 6-8 minggu, jadi aku bisa aja datang dua bulan lagi, tapi kalau mau sebulan juga boleh. Aku pamit dari ruangan, sebelum pamit drg Putri juga bilang salah satu hal yang aku inget banget, "Makasih ya udah mau cabut gigi," wah sisi word of affirmation ku meleleh hahaha. 

Aku menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Untuk biaya kontrol behel self ligating yaitu Rp425.000 dan biaya admin pasien Rp65.000, jadi total kalau aku melakukan kontrol adalah sebesar Rp490.000, yang bisa aja dibayarkan dua bulan sekali kalau kontrolnya dua bulan sekali. Aku juga langsung menjadwalkan pertemuan berikutnya di 5 minggu setelah kontrol ini, hehehe padahal boleh aja 6-8 minggu emang si paling khawatir. Tapi mungkin nanti akan aku sesuaikan lagi jadi 6 atau 7 minggu, tergantung pergerakan gigiku dan jadwal kerjaku nanti.

Selesai kontrol aku masih bisa keliling supermarket untuk belanja snack lembut. Tapi rasanya jadi sering haus karena tadi sempet mangap lama selama tindakan. Malam harinya aku merasa kalau melakukan gerakan mingkem, seluruh mulut bagian dalam rasanya seperti tersayat oleh ujung bracket dan kawat yang ada, mungkin mulutnya masih menyesuaikan lagi ya. Aku merasakan gusiku agak ngilu tapi masih bisa ditahan.

Satu dua hari setelahnya, rasa ngilunya tidak bertambah, tapi gusiku rasanya gatal. Aneh banget kan, gusi gatal tapi kan ngga bisa digaruk, jadi cukup ngga nyaman rasanya tapi masih bisa ditahan. Selain itu rahang juga rasanya pegal dan agak sedikit sakit kepala. Penilaianku ini belum bisa dibilang valid sebenarnya, aku sambil minum pain killer karena bertepatan dengan jadwal menstruasiku. Jadi aku masih ragu apa memang rasanya ngga sakit atau karena efek konsumsi pain killer. Di kontrol berikutnya mungin aku bisa memberi penilaian yang lebih fair ya. 

Di hari ketiga mulutku rasanya sudah bisa menyesuaikan rasa ngilu atau pegalnya, rasa seperti tersayat juga udah ngga terasa lagi. Tapi, sampai hari ketiga ini mulutku masih sulit mengunyah. Aku coba makan bubur tanpa ayam tapi dengan sate telur puyuh, selama mengunyah masih terasa ngilu dan bagian mulut yang bergesekan dengan bracketnya tidak nyaman. Semoga besok-besok buburnya segera bisa aku tambah ayam suwir.

Begitulah perjalanan kali ini setelah hampir sebulan pemasangan behel rahang atas, pencabutan 4 gigi, dan akhirnya pemasangan behel rahang bawah. Sampai bertemu di jadwal kontrol berikutnya~

Continue Reading...

Wednesday, August 17, 2022

#BracesJourney5: Cabut Gigi Sesi 2 | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨


13 Agustus 2022: Cabut Gigi Sesi 2

Kondisi gusiku sudah membaik dan aku siap mental banget buat hari ini!!!!!

Hari ini aku dijadwalkan jam 15.00. Supaya semakin siap mental dan hapy, aku memutuskan makan siang di luar sambil belanja obat kumur dan asupan susu kedelai favoritku yaitu VSoy. Aku sempat makan eskrim rasa favoritku juga. Pokoknya siang ini aku harus happy untuk menghadapi proses yang cukup menakutkan buatku.

Aku tiba 30 menit lebih cepat di Audy Dental. Sambil menunggu aku sempatkan sikat gigi dulu supaya kondisi mulut sudah bersih sebelum cabut gigi. Ternyata ada keterlambatan jadwal dan aku masih harus menunggu hingga 15.30. Tapi tidak apa-apa, aku bisa menunggu sambil menonton TV di lantai 2 dan main HP.

Begitu namaku dipanggil aku langsung sigap masuk ke ruang tindakan, seperti biasa disambut dengan lembut dan ramah oleh drg Sandra dan Kakak-kakak asisten dokter gigi. Sebelum duduk di dental chair, aku duduk di meja konsultasi dulu sambil nanya pertanyaan yang aku siapkan beradasarkan pengalaman minggu lalu aku cabut gigi, termasuk sariawan yang aku alami. Ternyata benar, sariawannya tidak ada hubungannya dengan cabut gigi, karena memang area bibirku kering dan tergesek gigi atau behel. Aku memastikan nanti apakah boleh gigit kasanya lebih dari satu jam, dan diperbolehkan, kalau mau pakai es batu untuk sekitar gusi juga boleh. Aku juga bertanya setelah cabut apakah memang di atas gusinya akan berbekas seperti gumpalan darah berwarna gelap, dan drg Sandra menjelaskan memang benar akan seperti itu. Pertanyaanku selalu dijawab dengan lengkap dan drg Sandra selalu menjelaskan dengan sabar. Drg Sandra juga memastikan obat yang kemarin diberikan tidak menimbulkan efek alergi, sungguh perhatian. Terima kasih, dok!

Selesai tanya-tanya aku menuju dental chair. Sedikit tips untuk teman-teman perempuan, jika akan tindakan di dental chair sebaiknya tidak ada hal-hal yang mengganjal di kepala bagian belakang seperti rambut yang terikat atau inner jilbab yang ada busanya, supaya posisi kepala di dental chair lebih stabil langsung menempel ke sandarannya. Drg Sandra memeriksa area bekas cabut gigi minggu lalu, katanya hasilnya bagus dan tidak ada masalah. Horee terima kasih gusi sudah pulih dengan baik! Lalu drg Sandra kembali mengonfirmasi gigi mana yang akan dicabut, kali ini sebelah kanan, dan memberikan briefing.

Sama seperti sebelumnya, diawal gusiku akan disuntikkan obat bius. Ketika mulai terasa tebal dan mati rasa, tindakan pencabutan atas dilakukan. Rasanya masih sama, giginya terasa digoyang-goyang di dalam dan seperti ingin ditarik. Prosesnya tidak terlalu lama tapi setelah gigi atas tercabut aku merasa sedikit nyeri di pangkal gusiku, aku sampaikan ke drg Sandra tapi masih bisa ditahan. Namun obat bius di gusi atasku sepertinya tetap ditambah.

Dilanjutkan ke pencabutan di gigi bawah. Ketika gigiku sedang digoyang beberapa kali aku merasa ada yang sakit lagi di pangkal gusiku. Aku langsung bilang ke drg Sandra bahwa terasa sakit. Bius di bagian rahang bawahku ditambah. Lalu ketika dicoba lagi ternyata masih terasa sakit lagi. Akhirnya biusnya DITAMBAH LAGI, lalu proses pencabuntan dihentikan sementara sekitar 2-3 menit. Banyak banget obat biusnyaaa. Sambil menunggu obat bius tambahannya bekerja, rahang bawahku dipijat pijat lagi dari luar. Aku agak takut di sini, takut masih berasa sakit huhuhu. Tapi ketika dicoba kembali untungnya sudah tidak berasa sakit. Drg Sandra juga memastikan apakah terasa pusing, untungnya aku tidak merasakan pusing ya. Waw sedikit pengalaman yang berbeda.

Selebihnya prosesnya sama, setelahnya rongga mulutku dibersihkan dan harus gigit kasa steril. Kali ini aku tidak diresepkan obat apapun karena obat anti nyeri dan obat bengkaknya masih ada. Antibiotik pun tidak diresepkan, tapi aku agak ragu dan menanyakan kembali ke drg Sandra. Drg Sandra menjelaskan dengan sabar, ternyata dari hasil penyembuhan gusiku yang minggu lalu bagus, dan karena sudah ada pengalaman sebelumnya untuk merawat gusinya juga akan lebih bersih. Kemarin karena pengalaman awal dan kalau bersihinnya masih takut takut, khawatir bakterinya banyak dan bikin tambah sakit, makanya dibantu antibiotik. Jadi yang sekarang sama drg Sandra tetap diresepkan namun ditebusnya kalau memang ada rasa sakit berlebih setelah dua hari saja. Ternyata begitu penjelasannya, aku jadi cukup tenang. Terima kasih banget drg Sandra sudah mau memberi penjelasan yang detail, sudah susah-susah cabut gigiku juga hehehe daan terima kasih juga untuk Kakak-kakak asisten dokter gigi!

Aku keluar ruangan dengan lega dan langsung minum obat nyeri dan bengkak yang aku bawa. Setelah itu aku melakukan pembayaran cabut dua gigi Rp1.200.000 dan biaya admin pasien lama Rp65.000, total Rp1.265.000. Meskipun sudah minum obat ternyata rasa nyerinya tetap muncul pelan-pelan ya. Karena aku merasa kuat-kuat saja dan ingin cepat sampai rumah, aku pulang naik ojek online. Karena tadi aku dibius cukup banyak, mulutku masih susah digerakkan sehingga sepanjang jalan pulang air liurku ngga terkontrol, merembes ke tisu masker. Untungnya kalau pakai masker aku selalu lapisin pakai tisu, jadi liurnya hanya merembes sampai tisu saja, tapi banyak banget hahaha. Aku ileran sepanjang jalan Margonda *tmi...


Setelah Cabut Gigi...

Sampai di rumah aku merasa lemas dan mengganti kasa beberapa kali, sampai nambah sendiri kasanya pakai kasa yang aku punya. Rasa nyerinya pun masih terasa terus. Sepertinya kali ini darahnya lebih banyak dibanding minggu lalu. Aku gigit kasa sampai rahangku pegal banget. Sekitar 3 jam setelah cabut tadi, karena rahangku udah pegel banget juga, aku ngga melanjutkan gigit kasa lagi dan untungnya darahnya juga sudah berhenti mengalir. Cukup lega di tengah rasa nyeri ini, akhirnya aku minum obat nyeri lagi. Aku tidak mengalami kesulitan tidur dan tidurku pun cukup nyenyak. Mungkin karena udah lega bangeet dan lebih siap mental dibanding minggu lalu ya, aku jadi lebih rileks ketika mau tidur.

Bangun pagi gusinya tidak sakit sama sekali. Hemm ternyata gini doang ya, kok minggu lalu aku lebay banget hahahaha. Seharian ini aku siapkan bone broth untuk aku minum, dan makan bubur juga. Aku tetap minum obat anti nyeri dan bengkak meskipun sejak bangun ngga sakit sama sekali. Akhirnya pengalaman aku yang minggu lalu bisa aku ketawain sekarang hahaha apaan sih yang minggu lalu lebay bangeeet orang cuma gini doang kok *jumawa.

Kasa steril yang harus digigit setelah cabut gigi

Setelah aku pikir-pikir ternyata yang paling sakit adalah ketika baru dicabut dan harus gigit kasa dengan kenceng, lalu harus ganti-ganti kasa sampai beberapa kali. Cuma di hari H aja sakitnya, selebihnya tidak apa-apa kok. Penyembuhannya juga biasa saja, tidak ada rasa sakit sama sekali dan antibiotik yang diresepkan tidak perlu aku tebus. Meskipun masih makan bubur terus tapi aku tetap bisa mengunyah ayam suwir dan sate puyuhnya. Pokoknya sakitnya cuma hari H dan masih bisa ditahan.

Itulah pengalaman cabut gigi yang cukup aku rasakan sekali seumur hidup aja. Akhirnya aku sudah melewatinya yeay! Tidak sabar untuk proses selanjutnya!

Continue Reading...

Sunday, August 14, 2022

#BracesJourney4: Cabut Gigi Sesi 1 | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨


6 Agustus 2022: Cabut Gigi Sesi 1

Hari yang ditunggu tiba. Setelah 12 hari terbiasa dengan behel rahang atas, aku masuk ke proses perawatan berikutnya. Aku ngga terlalu banyak cari tau soal proses cabut gigi, aku cuma banyak cari tau proses perawatan setelahnya. Tanya juga ke teman yang pasang behel dan harus cabut gigi, katanya ngga sakit, ngga lebih sakit dari pasang behel. Cukup tenang sih dengernya, tapi tetep agak tegang karena minim pengalaman. Terakhir cabut gigi waktu SD, ada dokter gigi dateng ke sekolah dan rasanya ngga sakit sama sekali. Mungkin karena waktu kecil emang giginya udah goyang, terus lagi banyak-banyaknya pengalaman gigi copot dan pemulihannya cenderung cepet karena masih anak-anak.

Aku tiba di klinik 30 menit lebih awal dan tidak lama dipanggil karena jadwalnya bisa dimajukan. Aku cabut gigi dengan drg Sandra Kosasih. Beliau nada bicaranya sangat halus dan menenangkan sekali namun tetap tegas. Pokoknya pembawaannya lembut seperti ibu peri. Aku disambut dengan lembut dan diarahkan untuk langsung menuju dental chair. Di sini kami baru ngobrol soal rencana pencabutannya, sesuai dengan arahan drg Putri SpOrt. Enaknya tindakan di klinik yang sama, meskipun beda dokter tapi sudah jelas tindakannya karena ada koordinasi dari mereka, jadi sebagai pasien tidak perlu menjelaskan panjang lebar.

Tindakan cabut 4 gigi karena dibagi 2 sesi maka akan dicabut 2 gigi per sisi per sesi (bingung ngga?). Kalau mau dicabut kanan atas berarti dengan kanan bawah, kalau mau dicabut kiri atas berarti dengan kiri bawah, harus di sisi yang sama. Saat aku tanya drg Sandra apakah ada preferensi dalam memilih sisi mana yang duluan dicabut, katanya tidak ada. Jadi aku memilih yang kiri dulu karena kalo mau kunyah ayam suwir di bubur ayam lebih enak pakai kanan dan ngga terganggu gigi yang dicabut. Dokter juga sambil memeriksa kondisi gigiku dan hasil rontgen sebelumnya.

Seperti biasa sebelum tindakan di-briefing sangat jelas. Dikonfirmasi juga apakah tensinya tinggi saat vaksin lalu. Step pertama adalah pemberian obat anastesi atau obat bius di sekitar gusi yang giginya mau dicabut. Setiap drg Sandra mau menusukkan obatnya selalu dipandu untuk tarik nafas buang nafas, dan diberi tau kalau di sisi tertentu akan lebih sakit rasanya supaya bisa siap-siap. Sungguh lembut dan menenangkan. Dikasih tau juga obat bius rasanya pahit, kalau ada yang berasa pahit jangan ditelan. Ketika obat biusnya mulai bekerja rasanya aneh, bibir tebal dan susah digerakkan, mau berkumur juga susah. 

Setelah dipastikan obat biusnya sudah bekerja, drg Sandra menjelaskan dengan detail rasanya cabut gigi seperti apa. Beliau menekan bagian bahuku dengan jari sambil menyampaikan rasanya akan seperti ditekan-tekan gini, kalau ada yang menekan berarti itu alatnya mau ambil giginya. Kalau ada rasa sakit langsung bilang karena berarti obat biusnya kurang dan harus ditambah. Aku bilang oke susah payah karena mulut rasanya sudah kebas.

Dokter pun mulai mencabut gigi bagian atas terlebih dahulu. Di awal sambil menggerakkan alatnya drg Sandra menanyakan lagi terasa sakit ngga beberapa kali, dan aku menjawab ngga. Aman dosis obat biusnya. Lalu alat di dalam mulutku digoyang-goyang. Ya rasanya seperti ada yang digoyang-goyang di dalam mulut dan ngga sakit sama sekali. Terasa juga seperti ada yang mau ditarik dari mulutku, tentu saja gigi, tapi tidak berasa sakit. Ketika prosesnya hampir selesai drg Sandra akan bilang, dan ketika giginya sudah berhasil tercabut drg Sandra juga bilang. Pas mau dicabut dan digoyang-goyang giginya memang berasa ada yang ditekan dan digoyang-goyang, kepalaku juga agak keteken ke dental chair, tapi pas dibilang udah kecabut giginya ngga berasa ada proses apa-apa di mulut. Terima kasih obat bius.

Meskipun rahang atasku sudah dipasang braket, untuk gigi yang mau dicabut memang tidak dipasang braketnya. Kawat yang melintas di giginya sedikit menghalangi tapi masih diakali dengan dilonggarkan kawatnya. Jadi untuk yang rahang atas meskipun sudah ada behelnya, proses cabutnya tetap lancar. Canggih ya...

Lalu dokter meneruskan ke gigi di rahang bawah. Aku baru terpikir karena rahang bawah itu 'hanya' tersambung engsel saja dan bagiannya 'tidak menempel' ke kepala seperti rahang atas, menahan tekanan dan dorongan di dalam mulut agak susah. Rahangku sempat terasa pegal sekali lalu aku bilang ke drg Sandra rahangnya pegal, lalu proses cabut dihentikan sejenak lalu... pipiku dipijit-pijit. Sungguh ibu peri sekali drg Sandra. Setelah aman, proses dilanjutkan dan memang rasa menekan-nekannya lebih terasa untuk rahang bawah ini. Tapi keseluruhan sama, begitu dibilang sudah dicabut giginya ngga berasa ada proses apa-apa.

Setelah tercabut aku harus berkumur antiseptik tapi tidak boleh disemburkan, jadi seperti hanya mengalir lewat saja. Aku agak panik saat berkumur karena melihat banyak darah mengalir, padahal aku ngga takut darah. Mungkin karena ngga berasa sakit tapi tiba-tiba berdarah kali ya jadi panik. Lalu rongga mulutku dibersihkan dan terakhir harus menggigit kassa dengan kuat, kassa nya diletakkan di atas gusi yang luka supaya menekan ke gusi. Agak sulit mengontrolnya karena rasanya masih kebas tapi harus menggigit dengan kuat. Air liur juga sempet berceceran karena ngga berasa lho itu iler di mulut hahaha malu. Aku diperlihatkan dua gigiku yang baru dicabut dan ditawari mau dibawa pulang atau tidak, tentu saja aku bilang tidak karena pengalaman kalau menyimpan barang kenangan yang tidak ada fungsinya ujung-ujungnya akan dibuang juga olehku. Biarlah dia dibuang di tempat yang tepat dan menyenangkan. Terima kasih gigi sudah bekerja keras selama ini!

Ilustrasi alat-alat dokter gigi

Setelah itu aku turun dari dental chair dan ngobrol dengan drg Sandra. Rasanya agak pusing dan lemas tapi harus konsen dengerin penjelasan perawatan cabut gigi seperti apa. Aku diberikan resep obat, kertas panduan perawatan setelah cabut dan kasa tambahan untuk digigit selama satu jam setelah proses cabut. Masih agak pusing, mulut susah gerak, harus gigit kasa, dengerin penjelasan dokter, semuanya cukup ngawang rasanya, aku ngga pernah ngalamin yang kayak gini sebelumnya. Untungnya drg Sandra tetap sabar menjelaskan dan mengingatkan untuk segera tebus obat dan diminum obat nyerinya. Waktu aku tanya-tanya pun drg Sandra tetap menjawab dengan detail meskipun suaraku ngga jelas karena mulut susah bergerak. Setelah ngobrol aku pun pamit meninggalkan ruangan menuju kasir.

Sambil menunggu proses pembayaran aku agak khawatir kondisi gigitku apa sudah benar dan air liurku apakah meleber lagi. Tapi tetap mencoba tenang. Biaya cabut gigi kali ini ditanggung oleh asuransi kantorku dengan detail biaya administrasi dan konsultasi Rp170.000 dan cabut 2 gigi Rp1.200.000, total Rp1.370.000. Terima kasih kantor 🙏

Setelah pembayaran aku langsung menuju apotek di sebelah klinik untuk menebus resep obat. Obat yang diresepkan drg Sandra ada antiobiotik, obat anti nyeri, dan obat bengkak. Menurutku dari waktu selesai pembayaran sampai menunggu obat waktu berjalan lambaaat banget. Dan aku semakin pusing, lemas, dan rasa nyerinya mulai timbul, gusi harus ditekan kasa tapi mulai berasa nyeri gusinya. Akhirnya obatnya bisa kuambil dan aku kembali lagi ke Audy Dental untuk numpang minum obat dan pesen taksi online untuk pulang.


Setelah Cabut Gigi...

PEDIH BANGET YA ALLAH YA RABB. Sempet berasa sakit pas peralihan dari obat bius ke obat nyeri, mana gusinya emang harus diteken pake kassa tapi udah berasa nyeri. Udah sugesti karena kata temen yang juga cabut gigi untuk behel, pas cabut gigi ngga sakit kok, tapi tetep ajaa aku merasa sakiiit. Tolong banget ini mah. Apa aku tersugesti karena lihat darahnya banyak ya? Padahal sakitnya cuma sebentar banget, pas peralihan dari obat bius abis dan obat nyerinya bekerja. Tapi sungguh bikin syok. Malam harinya susah tidur dan tidur tidak nyenyak karena takut ada gerakan-gerakan di mulut yang menganggu gusinya pulih.

Bangun pagi udah ngga nyeri tapi masih dibantu obat nyeri, tapi tetep aja nyeri yang semalam membekas di sanubari. Masih mau sugesti "ga sakit kok, lagian obat nyeri ini kandungannya sama kok kayak obat nyeri pas haid, aku pasti bisa melewatinya", sepertinya ngga ngaruh ya masih suka berasa nyeri sedikit gitu kayak trauma. Padahal beneran udah ngga berasa nyeri. 

Lalu karena aku selalu khawatir jadi sehari setelahnya aku hanya minum jus dari Nakedpress Juice yang paket detox mereka. Tidak makan makanan apapun. Ini aku bukan merekomendasikan yaa, bahkan aku kurang merekomendasikan karena efeknya bikin tubuh lemas. Di luar sana memang banyak pro kontranya jadi silakan dipertimbangkan masing-masing yaa.

Dua hari kemudian setelah cabut gigi, ada timbul sariawan di bibirku. Sepertinya efek karena malam hari bibirku kering lalu kegigit. Aku termasuk orang yang hampir ngga pernah sariawan, ternyata perih banget ya dan ngga nyaman. Untuk kondisi gusi, bekas lukanya udah ngga berasa sakit sama sekali. Pastiin aja setiap habis makan atau sebelum tidur, kumur pelan supaya ngga ada makanan yang nyangkut di situ. Aku tetap makan bubur dan sempat konsumsi bone broth yang ayam dan ikan gabus, enak juga rasanya.

Hari kelima aku sudah WFC sama teman-teman kantorku. Aku tetap makan bubur karena terlalu khawatir, tapi sempat ngemil tahu dan aman sih. Karena banyak ngobrol dan ketawa-ketawa gusiku sempat ngilu sedikit, kaget kayaknya dia. Pantas saja di kertas panduan perawatan setelah cabut gigi, dianjurkan untuk tidak buka mulut terlalu lebar dan jangan terlalu banyak bicara hahahaha.

Intinya cabut gigi ga separah itu kok, kemungkinan sakitnya cuma sebentar tapi aku keburu syok, sampe udah ngga mau banget cabut gigi lagi hiksss, tapi harus. Masih ada dua gigi lagi yang harus dicabut huhu wish me luck.

Continue Reading...

Sunday, August 07, 2022

#BracesJourney3: Pemasangan Behel Rahang Atas | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨.


24 Juli 2022: Pemasangan Behel Rahang Atas

Karena aku dijadwalkan malam hari, sejak siang hari (sebenernya udah semingguan sih) aku makan makanan kesukaanku yang keras keras sebelum mungkin akan susah makannya dalam waktu yang lama. Aku juga menyampatkan belanja bubur ayam instan, bubur bayi, biskuit bayi, dan biskuit regal untuk nanti ngemil setelah pakai behel.

Asupan lembut

Kali ini aku tiba di klinik Audy Dental hanya 15 menit lebih cepat dari jadwal seharusnya. Seperti biasa aku dicek suhu tubuh, pakai hand sanitizer, dan diberikan APD untuk digunakan selama tindakan. Aku juga dikonfirmasi untuk pembayarannya apakah ingin cicil atau lunas. Tidak lupa aku membawa hasil rontgen gigi untuk dicek oleh dokter. Sedikit tips, aku menyempatkan ke toilet klinik untuk buang air dan...sikat gigi...hahaha supaya kondisi mulut dan gigi sudah bersih dan malam ngga perlu sikat gigi lagi karena udah kenyang juga seharian mukbang terakhir. Tak lama aku dipanggil sesuai jadwal.

Masuk ke ruang dokter tentu disambut dengan ceria oleh drg Putri dan Kakak-kakak asisten dokter gigi. Aku menyerahkan hasil rontgen gigi lalu dilihat hasilnya. Setelah itu kami diskusi kembali dan sudah fix bahwa harus dilakukan pencabutan untuk kasus gigiku yang berjejal ini, dan yang dicabut sebanyak empat gigi. Hehehe. Tidak lama ngobrol-ngobrolnya aku langsung diarahkan ke dental chair (yaaa, ini adalah jawaban kuis dari post sebelumnya nama kursi pasien untuk tindakan dokter gigi).

Setelah dicek-cek kembali kondisi giginya, dilakukan scalling atau pembersihan karang gigi dulu sebelum dipasang behel. Tindakan scalling-nya juga tidak terlalu lama, mungkin karang gigiku belum banyak ya. Setelah itu proses pemasangan behel dimulai. Seperti biasa setiap sebelum tindakan akan di-brief nanti prosesnya seperti apa, rasanya gimana, dan diarahkan juga posisi mulut dan kepalanya seperti apa.

Braket dipasang satu per sat ke gigi dengan teliti oleh drg Putri, kecuali di gigi yang akan dicabut dan di gigi yang masih dalam posisi berjejal. Sebuah tips juga kalau selama tindakan takut awkward matanya mau mengarah kemana, merem aja, karena jujur takut awkward tiba-tiba tatapan sama dokter atau asistennya. Pokoknya merem dan rileks, sesekali ngintip buat liat alatnya kayak gimana juga bisa, tapi ternyata ngga kelihatan. 

Selama pemasangan rasanya macem-macem. Pertama, sedikit asin karena lem yang dipake untuk gigi ketika dibilas sempet kena lidah sedikit. Kedua, rasanya kering karena sepertinya pake alat tiup-tiup untuk permukaan gigi supaya kering. Ketiga ada rasa hangat, ketika gigi sudah ditempelkan oleh braket maka akan disinari supaya kering dan nempel, nah sinar itu yang hangat. Selesai braket dipasang, dipasang juga kawatnya, dan ditanya apakah ada yang sakit atau seperti tertusuk dan ternyata tidak ada sama sekali. Selebihnya ngga berasa apa-apa, tau-tau selesai.

Selesai tindakan kami ngobrol-ngobrol lagi sebentar. Mulai berasa ada yang menekan dan mengganjal di gigi nih. Kami diskusi untuk tindakan berikutnya adalah cabut gigi, bisa diselingi dua minggu, pertemuan berikutnya sebulan setelah pasang behel rahang atas adalah pasang behel rahang bawah dan harus sudah dicabut giginya. Dokter juga menyarankan unttuk makan bubur dulu selama tiga hari awal dan mensugesti bahwa behel self-ligating yang aku pilih sakitnya wajar kok dan ngga sesakit konvensional. Sebelum pamit aku juga disemangati drg Putri, wow sungguh dukungan moril yang aku butuhkan.

Aku langsung menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Biaya yang aku bayarkan kali ini adalah biaya full pemasangan behel dikurangi diskon dan DP Rp500.000 saat pertemuan lalu, biaya scalling Rp400.000, dan biaya administrasi pasien Rp65.000. Di Audy Dental disediakan program cicilan untuk behel namun aku memilih lunas karena diskonnya lebih besar. Setelah pembayaran, Kakak admin menawarkan penjadwalan berikutnya. Untuk cabut gigi, aku pilih di hari Sabtu dan ternyata tersedia jadwal dokter gigi umum pada hari tersebut. Aku langsung menjadwalkan pencabutan 2 sesi dan tanggal kontrol berikutnya untuk pemasangan behel rahang bawah. Selesai urusan administrasi akupun pulang dengan (masih) happy.


Setelah Pemasangan...

Selang satu jam rasanya di gigi tekanannya semakin kuat dan mulai agak ngilu. Aku agak susah tidur padahal seharian aktivitasnya cukup padat dan ngga tidur siang. Pas tidur pun sampai mimpi buruk giginya ambrol semua hahaha. Paginya rasa tekanan dan ngilunya semakin kuat tapi masih bisa ditahan. Aku sarapan bubur tanpa suwiran ayam, dan itu adalah pilihan yang tepat. 

Selama tiga hari setelahnya rasanya masih ngilu kalau dipakai ngunyah. Di hari keempat ngilunya sudah berkurang dan sudah bisa mulai ngunyah pelan-pelan suwiran ayam dari bubur. Kalau makan apapun pasti nyangkut dan harus dibantu dengan kumur air putih. Mau sikat gigi pun susah dan ngilu. Repot pokoknya. Tapi aku tetap menikmati prosesnya termasuk makan makanan lembut dan snack lembut seperti bubur bayi atau biskuit yang dicairkan. Ya dinikmat-nikmatin aja soalnya behelnya udah bayar mahal hahaha. 

Rasa ngilunya menurutku masih bisa ditahan, mungkin karena aku baru pasang di rahang atas saja dan tidak semua bagian gigi sudah dipasang braketnya. Atau mungkin karena sugesti dari drg Putri juga ya. Aku juga sugesti ke diri sendiri sih kalo sakit tandanya it works. Pokoknya mencoba excited dan happy! Semoga saja di perawatan berikutnya selalu aman dan lancar.

Continue Reading...

#BracesJourney2: Konsultasi, Cetak Gigi, dan Rontgen Gigi | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨. 


Menentukan Jenis Behel

Sebelum bertemu dokter, aku ingin pastikan sendiri jenis behel yang mau aku pakai yang mana. Di Audy Dental tersedia pilihan jenis behel dari yang konvensional harga Rp7,5 juta hingga yang Invisaglin harga Rp75 juta. Setiap jenis behel ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Aku cari tau sebanyak-banyaknya dari internet, sampai aku punya pilihan sendiri sebelum ngobrol dengan dokternya.

Pilihanku jatuh ke jenis self-ligating. Teknologi yang ada di jenis behel tersebut, yang aku baca, membuat proses perawatannya tidak sesakit behel konvensional dan waktunya cenderung lebih cepat. Di Audy Dental tersedia dua brand untuk jenis self-ligating. Kecenderunganku tentu ke brand yang lebih murah karena lebih masuk budget. Aku cari di internet pun perbedaan kedua brand tersebut tidak terlalu signifikan. Semoga ini adalah pilihan yang tepat ya.


Siapkan Pertanyaan

Karena anaknya full of worries, aku siapkan juga pertanyaan yang ingin aku tanya ke dokter. Meskipun ada banyak pertanyaan yang bisa dicari jawabannya di internet, aku tetap tanyakan karena mungkin jawabannya akan berbeda untuk kasus kondisi gigiku. Pertanyaannya juga termasuk keluhan yang aku rasakan dari kondisi gigiku.


14 Juli 2022: Konsultasi Pertama dan Cetak Gigi dengan Dokter Spesialis Orthodonti

Bahkan untuk konsultasi pertama ini aku datang satu jam sebelum jadwal aku seharusnya 😫. Untungnya kliniknya nyaman jadi nunggu agak lama pun tak masalah (jangan ditiru ini lebay banget). Aku dipanggil ke ruangan tepat waktu sesuai jadwalku dan disambut dengan ceria oleh dokter gigiku dan Kakak-kakak asisten dokter gigi.

Pertama aku duduk dan ngobrol-ngobrol dengan dokterku, drg Putri Indrati SpOrt. Aku ditanya-tanya soal keluhan dan kondisi gigiku, sambil diminta sesekali nyengir untuk dilihat kondisi giginya oleh drg Putri. Beliau memvalidasi curhatan aku tentang keluhan gigi dengan kondisi gigiku secara real. Pembawaan drg Putri sangat talkative, seru, santai, tapi tetep profesional, kayak Kakak kelas di organisasi pas kuliah (?).

Berlanjut ke pembahasan jenis behel yang mau dipilih, drg Putri ngga mencondongkan aku harus pakai jenis yang mana. Kami diskusi dan aku yang melontarkan kecondongan aku ingin pakai jenis self-ligating. Ketika aku tanya perbedaannya apa dari dua brand behel self-ligating yang tersedia, beliau pun menjelaskan dengan detail dan mendukung, tapi tidak menyudutkan agar pilih brand yang lebih mahal. Benar-benar netral dan keputusan ada di tangan aku, bahkan menyampaikan juga kalau aku mau pakai brand yang lebih murah tidak masalah, jadi keputusan ada di aku tanpa paksaan dokter.

Setelah ngobrol seru dan cukup panjang, aku langsung diarahkan ke kursi tindakan dokter gigi (apa namanya hayoo? Jawabannya ada di post selanjutnya ya! Sok kuis padahal bisa googling wkwkwk). Dokter melihat kembali kondisi gigiku dan langsung memberi arahan untuk proses cetak gigi. Disampaikan kalau nanti prosesnya mungkin akan sedikit kurang nyaman, lalu dicoba dulu alat cetak giginya yang belum ada adonan cetaknya, jadi seperti gladiresik, dan diarahkan kalo ada rasa ingin uwek seperti ingin mutah bisa gerakan mulut membentuk huruf O. Pokoknya di-briefing lengkap dan bikin hati pasien jadi tenanh *tsah.

Gambaran proses cetak gigi dari Google.

Proses cetak gigi ini drg Putri dibantu oleh 2 Kakak asisten dokter gigi yang juga ramah, profesional dan sat set sat set. Saat cetak gigi kalau di aku rasanya sama sekali tidak seperti ingin uwek uwek muntah gitu, biasa aja. Tapi kalau ada adonan cetaknya yang nyangkut di mulut memang agak ngga nyaman karena bentuknya kenyel kenyel abstrak dan ada sedikit rasa ngga enak padahal ngga pahit.  Proses cetak untuk rahang atas dan bawah tidak terlalu lama hanya sekitar 10 menit.

Selama konsultasi dan tindakan drg Putri juga sesekali mengobrol untuk mencairkan suasana, atau aku yang tanya hal-hal aneh dan beliau dengan semangat menjawab. Kalo istilahnya ngga ada dead air selama sesi konsul pertama ini. Alhamdulillah aku merasa cocok banget dengan pilihan dokterku meskipun alasanku random cenderung tidak jelas.

Setelah cetak, masuk ke sesi ngobrol terakhir yaitu aku diarahkan untuk foto rontgen dan diberikan surat rujukan rontgen. Sayangnya karena fasilitas rontgen di Klinik Audy Dental Depok sudah tidak ada, maka aku harus melakukannya di tempat lain. Aku juga dinfo bahwa di pertemuan berikutnya langsung dilakukan pemasangan behel untuk rahang atas dulu, dan untuk pencabutan gigi kemungkinan ada namun akan dipastikan di pertemuan berikutnya. Akupun say bye ke drg Putri dan Kakak-kakak asisten dokter, lalu menuju ke kasir.

Di Audy Dental, untuk konsultasi pertama dan cetak gigi membayar Rp500.000 sebagai DP, belum termasuk biaya administrasi pasien Rp65.000 (diskon Rp50.000 kalau share di Instagram Story atau memberi rating di Google). Nominal DP nantinya akan mengurangi harga total dari jenis behel yang dipilih. Setelah melakukan pembayaran aku langsung dikonfirmasi oleh Kakak adminnya apakah bisa dijadwalkan untuk pertemuan berikutnya di tanggal 24 Juli 2022. Wow alhamdulillah pas sekali di hari itu dan esoknya sedang day off. Jadi aku langsung mengiyakan untuk jadwal tersebut. Selesai urusan klinik di hari ini sangat menyenangkan dan excited untuk proses berikutnya!


15 Juli 2022: Rontgen Gigi (Panoramic & Cephalometri) di RSU Bunda Margonda

Keesokan harinya banget, kebetulan aku sudah rencana kerja dari co-working space di Kelapa Dua yaitu Alfa X. Pagi hari sebelum mulai kerja aku telepon beberapa RS di Depok sesuai hasil Googling dan ternyata hanya di RSU Bunda Margonda yang menyediakan failitas rontgen gigi. Sore hari setelah selesai kerja, aku langsung menuju RSU Bunda Margonda.

Unit Radiologi di RSU Bunda buka dari jam 8 pagi hingga jam 9 malam. Aku datang sekitar pukul 17.30 ke bagian pendaftaran terlebih dahulu, lalu diberikan dokumen untuk diserahkan di unit Radiologi lantai basement. Sampai di unit aku langsung menyerahkan dokumen dari pihak pendaftaran serta surat rujukan rontgen lalu menunggu sekitar 5 menit sebelum tindakan rontgen.

Proses tindakan rontgen dimulai, aku diajak oleh Kakak petugas rontgen (perempuan) ke ruangan alat rontgen gigi, lalu diarahkan untuk melepas kacamata, jarum pentul, peniti, anting, dan logam lain di sekitar kepala. Di alat pertama yaitu rontgen panoramic, aku diminta menggigit tangkai plastik lalu kamera rontgen akan memutar di sekitar kepala aku. Kakak petugasnya memberi briefing dengan sangat baik kalau jangan bergerak dan jangan panik karena kameranya nanti akan memutar (ternyata aku mudah terkesan dengan nakes yang ramah memberi brief jelas dan sesuai prosedur). Seperti biasa kalau rontgen kita akan ditinggal di dalam ruangan sendirian, kali ini udah ngga kaget hehehe.

Lebih jelas alatnya silakan Googling

Di alat kedua yaitu rontgen cephalometri, aku diminta menyingkap jilbab di area telinga karena bagian telinga harus terlihat. Ternyata dari mesinnya ada tangkai plastik yang akan diposisikan ke dalam telinga kita, dan untuk kamera rontgennya hanya ada di sisi kanan. Setelah diarahkan tangkai plastik ke telinga dan posisi kepalanya, proses rontgen dimulai. Total proses rontgen juga tidak lama hanya sekitar 15 menit. Sedikit tips supaya kepalanya tidak bergerak gerak bisa sampil pejamkan mata aja.

Selesai proses rontgen, aku diarahkan ke kasir untuk pembayaran, lalu setelah pembayaran bisa diperlihatkan bukti bayarnya dan diambil hasil rontgennya. Aku menuju lantai 1 ke area kasir dan dibantu Kakak petugas di sana. Sempat ada kendala pembayaran karena kartu yang aku gunakan beda bendang bank mesin EDC-nya, namun petugasnya tetap ramah dan sabar. Akhirnya proses pembayaran selesai. Rincian biaya rontgen gigi di RSU Bunda Margonda yaitu Biaya administrasi pasien Rp110.000, Rontgen Cephalomteri Rp150.000, dan Rontgen Panoramic Rp266.500. Total pengeluaran kali ini Rp 526.500.

Selesai bayar, aku kembali ke lantai basement lalu menunjukkan bukti bayar, dan sekitar 10 menit kemudian hasilnya sudah bisa diambil. Cepat sekali prosesnya.


Kurang lebih seperti itu prosesnya dari mulai konsultasi pertama, cetak gigi, dan rontgen gigi. Journey berikutnya adalah pemasangan behel rahang atas, so excited! Sampai jumpa!

Continue Reading...

#BracesJourney1: Menentukan Klinik | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Ini adalah dokumentasi dari sebuah komitmen jangka panjang yang aku lakukan. Aku menulis ini tanggal 7 Agustus tapi sebenarnya prosesnya sudah dimulai sejak 7 Mei bahkan sejak sebelumnya. Komitmen jangka panjang untuk melakukan perawatan behel ini maupun mendokumentasikan lewat blog (semoga istiqomah 🙏 #masyaAllahtabarakallah).


Alasan

Insekyur. Sepertinya ini ada rasa insecure terbesar aku selama bertahun-tahun (sejak SD seingatku). Sepele banget insekyurnya soal penampilan :' Padahal ngga ada yang protes juga sama penampilan senyumku, akunya aja yang too hard on my self (jangan ditiruu). Tapi kalo bahas insecure gini pasti panjaang banget pembahasannya, dan kalo pembahasan dari aku bakal kurang menarik (lagi-lagi men-judge diri sendiri). Aku pernah simak pembahasan yang menarik tentang insecure penampilan ini dari Kak @annisast di Instagram, tapi pembahasannya tentang kuku, silakan cek profile beliau siapa tau ada di feed atau highlight ya. Mumpung insecure-nya memang bisa diubah dan Alhamdulillah terkumpul rezekinya, aku memutuskan untuk memulai perawatan behel.


Pilih Klinik dan Dokter

Ini prosesnya ngga terlalu rumit. Aku menemukan profil Instagram Audy Dental @Audydental di tahun 2021. Aku coba cari info tentang kliniknya, perawatannya apa saja, dokternya siapa saja. Ternyata ada cabang di Depok yang masih bisa dijangkau jaraknya dari rumahku. 

Dari luar bangunan dan dari foto-fotonya kliniknya tampak mewah dan tidak abal-abal. Sepertinya klinik ini di-branding untuk kalangan orang dewasa pekerja atau yang sudah punya anak, karena kesannya profesional dan punya area khusus anak-anak. 

Jenis perawatan yang disediakan cukup lengkap, pricelist-nya jelas meskipun harus mendaftarkan email di web dan akan dikirimkan via email. Dokternya pun banyak dokter spesialis untuk setiap kebutuhan perawatan, termasuk dokter spesialis orthodonti untuk perawatan behel. Ini penting banget kalau mau melakukan perawatan gigi pastikan dengan ahilnya ya. Harganya memang tidak bisa dibilang murah meskipun sudah ada diskon untuk behel, tapi sebanding dengan ketersediaan dokter spesialis, fasilitas, lokasi, staff yang ramah & profesional, serta keseluruhan pengalaman di sini.


Info di web lengkap, saya suka saya suka


Aku coba untuk perawatan dasar dulu di Audy Dental yaitu scalling dan tambal di bulan November 2021, dan itu adalah pengalaman yang menyenangkan buatku (aku dokumentasikan di highlight Instagram, bukan di blog). Karena pengalaman itulah aku semakin yakin kalau ingin perawatan behel aku pilih di sini saja. Sempat tergiur sama klinik Instagramable hits di Jaksel yang pink pink depannya O itu, tapi karena jarak tempuhnya jauh, antri appointment-nya sering penuh, dan tidak ada detail dokter di webnya, aku kurang tertarik untuk cari tau lebih lanjut lagi di sana.

Sebenarnya awalnya aku cek di web Audy dental untuk dokter spesialis orthodonti yang praktik di Depok maupun Bekasi (pede banget ga tuh, padahal beberapa bulan kemudian beliau praktiknya bukan di Bekasi lagi). Aku cek jadwalnya kebetulan pas dan muka dokternya baik dilihat dari wajahnya (ternyata beneran baik dan seru). Akhirnya di tangal 7 Mei 2022 aku bikin janji lewat WhatsApp ke admin klinik Audy Dental untuk kontrol pertama dengan beliau di tanggal 14 Juli 2022. Emang jauh banget  dua bulan sebelumnya karena perkiraannya uangnya cukup di tanggal segitu, urusan kerjaan tanggal segitu workload-nya biasanya ngga setinggi pekan lain jadi kalo ada apa-apa setelahnya tetap aman, dan ngajuin cutinya biar bisa dari jauh-jauh hari. Anaknya emang full of worries takutnya kalo bikin janji sebulan sebelumnya ternyata udah penuh, padahal belum tentu.


Itulah proses awal banget bahkan sebelum aku memulai perawatan behel. Untuk pertemuan pertama dengan dokter dan journey selanjutnya akan aku tulis di bagian berikutnya. Sampai jumpa!

Continue Reading...

Wednesday, July 13, 2022

Cara Ubah Nama di KTP Kota Depok Karena Kesalahan Huruf, Sehari Jadi!

Nama kamu salah ketik di KTP? Sama! Sejak KTP saya terbit tahun 2011 lalu, ada kesalahan penulisan 1 huruf di bagian nama. Namun saat itu belum sempat untuk urus-urusnya sampai tahun 2022 ini iseng coba ngurus ternyata gampang banget.

Sebelumnya cerita dulu sedikit. Selama sebelas tahun ini, untuk pembuatan akun rekening bank, pembuatan SIM, dan kebutuhan lain yang menggunakan KTP maka akan mengikuti nama sama persis di KTP. Tapi, untuk ijazah dan paspor akan mengikuti nama di akte kelahiran, jadi untuk dua dokumen tersebut nama aku sudah benar. Nah, untuk akun rekening bank dan data lain yang mengikuti nama di KTP sebelunya sepertinya juga harus diurus untuk perubahan nama ya karena KTP baru sudah jadi. 

Ketika kemarin iseng mau urus perubahan nama di KTP, berikut langkah yang saya lakukan:

1. Cari info di akun instagram @disdukcapildepok

Karena KTP ini diterbitkan oleh disdukcapil, maka saya coba cari akunnya dan ternyata langsung ketemu. Di akunnya banyak info-info pelayanan online terkait dokumen kependudukan, sepertinya sejak pandemi ini layanan online semakin digalakkan. Di situ ada dua kontak nomor WhatsApp yang saya simpan, yaitu akun utama pelayanan online (namanya Silondo Bermula) dan nomor WA admin Kelurahan Tanah Baru tempat saya tinggal. Di sana tertera lengkap seluruh nomor WA admin kelurahan yang ada di Kota Depok, jadi kalau kamu butuh bisa cek langsung ya untuk nomor admin kelurahan masing-masing.

2. Menghubungi nomor kontak WA

Saya coba WA akun utama pelayanan online, ternyata balasannya lama dan dijawab oleh bot. Info yang diberikan juga sangat tidak membantu, hanya berupa link menu ke akun lain. Lalu kalau kita memilih menu yang ditawarkan dengan klik angka menu yang tersedia, tidak ada jawabannya, chat bot hanya. mengulang menu awal saja.

Kemudian saya langsung WA admin kelurahan atas nama Pak Rusnan. Ternyata langkahnya sangat gampang. Dokumen yang harus saya siapkan adalah Kartu Keluarga (asli), Fotocopy Surat Nikah Orang Tua, Fotocopy Ijazah saya, Fotocopy Akte Kelahiran saya, serta KTP asli saya. Semua dokumen tersebut hanya perlu saya kirim via WA. Lalu Pak Rusnan konfirmasi bahwa data yang diubah hanya perubahan 1 huruf saja. Pak Rusnan juga tanya apakah ada data lain yang ingin diubah. Lalu permintaan perubahan data saya langsung diproses, untuk KK satu hari kerja, untuk KTP maksimal 3 hari kerja, tanpa dipungut biaya.

Udah.

Gitu doang.

Milenial yang sering mendengar bahwa ngurus-apa-apa-birokrasi-di-pemerintah-susah langsung kaget dan seneng LHO KOK GAMPANG?! Tinggal WA aja dan gratis.

Pak Rusnan soo helpful!


3. Tukar dokumen di Kantor Kelurahan

Kagetnya ngga cuma sampe situ. Besok harinya, cuma selang satu hari, Pak Rusnan WA lagi kalo KK dan KTPnya sudah jadi dan bisa diambil! Harusnya ngga kaget ya, yang namanya pelayanan publik kan memang harus cepat dalam melayani masyarakat. Tapi karena ini baru ngalamin sendiri jadinya kaget hahahaha.

Berangkatlah saya ke Kantor Kelurahan Tanah Baru bertemu langsung dengan Pak Rusnan. Saya bawa semua dokumen sesuai yang dikirim di WA kemarin, tapi yang perlu diserahkan hanya KK asli, KTP asli, dan fotocopy Akte Kelahiran. Lalu saya menerima KK asli yang baru dan KTP asli yang baru, semua bertuliskan nama saya yang sudah benar dan sesuai di Akte Kelahiran. Proses serah terimanya juga cepet banget, lebih lama pas saya milih minuman di depan kulkas indomaret.

Udah (2).

Gitu doang (2).


Sekian pengalaman urus dokumen kependudukan yang saya alami. Ternyata mudah ya (masih kaget seneng). Semoga kalian juga punya pengalaman yang sama, bahkan lebih baik, kalau berurusan dengan dokumen-dokumen ini. Apresiasi untuk Disdukcapil Depok, Kelurahan Tanah Baru, dan Pak Rusnan, terima kasih banyak! 

Continue Reading...

Tuesday, June 28, 2022

Langkah-langkah Medical Check Up di RS UI Tahun 2022

Di tanggal 22 Juni 2022, aku melakukan Medical Check Up (MCU) di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Aku memilih RSUI karena aku penasaran RSnya baguuus info MCU yang disediakan di webnya cukup lengkap dan jaraknya dekat dengan rumahku. Oh iya, tujuan aku melakukan MCU ini karena ditanggung oleh kantor hehehe, tentunya aku ingin tau kondisi kesehatan tubuhku mengingat sudah masuk usia 20an akhir, pengen bisa jaga kesehatan lebih baik lagi.

Pengalaman yang aku tulis di sini mungkin akan berbeda dengan yang dialami orang lain, aku tulis sebagai catatan pribadiku kalau di tahun-tahun mendatang mau MCU lagi (jadi maaf banget tulisannya akan berantakan). Jika ada yang baca tulisan ini semoga membantu buat gambaran kalau mau MCU di RSUI ya!


Persiapan (sejak H-2 hingga hari-H *degdegan)

1. Pilih Paket 

RS UI menyediakan banyak pilihan paket MCU. Yang aku suka, kita bisa lihat semua detail paketnya secara lengkap termasuk harganya lewat e-brosur (link ini). Mencarinya pun mudah lewat menu di webnya RSUI atau diinfo lewat WA mereka. Aku pilih Paket Lengkap 1 karena harganya cukup dengan sisa limit yang disediakan oleh asuransi kantorku hehehe.

2. Buat Janji MCU & janji asuransi

Aku daftar melalui WA RSUI (link) dengan menyebutkan data diri dan info ingin melakukan MCU tanggal berapa. Setelahnya admin akan konfirmasi jam kedatangan dengan memberikan opsi. Aku pilih jadwal paling pagi jam 08.00 supaya pas berangkat rasanya kayak mau ngampus supaya bisa selesai lebih cepet aja sih. Kalau mau daftar MCU, pastikan maksimal melakukan pendaftaran pada H-1 ya.

Karena aku menggunakan asuransi kantor, aku juga konfirmasi ke pihak asuransi maksimal H-2 agar dibuatkan surat penjaminan untuk melakukan MCU ke RSUI. Setelah suratnya terbit, aku mengirimkannya ke WA RS UI dan diarahkan untuk kirim surat tersebut ke email RS UI juga.

3. Puasa 10-12 jam 

Setelah terkonfirmasi lewat WA RSUI, aku diarahkan untuk puasa 10-12 jam sebelum melakukan MCU, tidak boleh makan sama sekali dan disarankan untuk minum tidak terlalu banyak, serta waktunya tidak boleh kurang atau lebih. Ini aku sempat bimbang mau mulai puasa jam berapa, karena takutnya sebelum tes harus antri dan menyevabkan waktu puasanya jadi lebih dari yang seharusnya. Akhirnya aku memutuskan untuk selesai makan malam di jam 21.30, agar maksimal banget aku harus tes darah besok paginya di jam 09.30 (ada jeda waktu dari awal janjian jam 08.00 hingga jam 09.30).

Hari H

1. Pendaftaran 

Loket pendaftaran MCU ada di gedung administrasi lantai 1. Aku hadir tepat pukul 08.00 dan sudah ada 2 orang yang sedang melakukan pendaftaran juga. Aku menunggu sekitar 10 menit sebelum salah satu loket pendaftaran sudah selesai menangi pendaftar sebelumnya. Meskipun aku sudah isi data diri dengan lengkap saat daftar di WA, sayangnya aku tetap harus mengisi formulir manual untuk pendaftaran pasien baru dan formulir skrining covid. Selama proses pendafataran aku dikonfirmasi data diri, menunjukkan kartu asuransi, dan konfirmasi surat penjaminan untuk MCU. Setelah itu, aku diarahkan ke area klinik MCU untuk selanjutnya bertemu dengan petugas MCU.

Masuknya dari sini ya, Gedung Administrasi RSUI

Langsung aja ke petugas di loket pendaftaran



2. Persiapan MCU

Saat masuk ke area klinik MCU aku langsung disambut dengan Kakak-kakak petugas MCU dengan sangat ramah. Kakak petugas ini akan mendampingi pasien selama MCU, jika pasiennya perempuan makan akan ditemani Kakak petugas yang perempuan, begitupun pasien laki-laki akan ditemani Kakak petugas laki-laki.

Aku menyerahkan kertas dari loket pendaftaran dan dikonfirmasi kembali data-data serta pilihan paket MCUnya. Petugasnya juga menanyakan apakah aku termasuk warga UI (dosen/karyawan/alumni/mahasiswa) dan diminta menunjukkan buktinya. Karena aku tidak punya kartu alumni, aku menunjukkan kartu mahasiswaku dulu dan ternyata boleh menggunakan kartu itu. 

Setelah data-data terkonfirmasi, aku diarahkan ke ruang loker untuk mengganti baju dengan seragam pasien MCU. Karena nanti akan melakukan ronsen maka pakaian yang mengandung logam/besi harus dilepas, namun aku tetap menggunakan jarum pentul untuk jilbab karena tidak masalah. Tas dan barang bawaan aku letakkan di loker sehingga hanya perlu bawa kuncinya saja dan membawa HP.

Ganti seragam vibesnya langsung Hospital Playlist

Kunci lokernya anti bacterial



3. Isi kuesioner kesehatan diri

Selesai mengganti baju, Kakak petugas menceritakan langkah-langkah yang akan dilewati selama MCU. Sambil dijelaskan, kami menuju lantai 2 RSUI untuk melakukan pengambilan darah. Sambil menunggu, aku diminta isi kuesioner kesehatan diri. Isiannya cukup banyak, seperti riwayat penyakit, riwayat vaksin, hingga riwayat kesehatan keluarga sedarah.

Sambil nunggu, foto-foto interiornya

Loket pendaftaran ambil darah



4. Pengambilan darah

Proses pengambilan darah cukup singkat. Aku diminta duduk di kursi lalu mengulurkan lengan kiri di atas meja. Aku dikonfirmasi apakah masih dalam kondisi puasa dan kapan terakhir makan malam. Alhamdulillah aku masih dalam jangka waktu yang pas antara 10-12 jam. Darah akan diambil dari area lipatan siku. Aku pernah melakukan ambil darah sebelumnya dan toleransi rasa sakitku cukup tinggi sehingga aku merasa biasa saja selama proses ini. Jumlah darah yang diambil sebanyak dua tabung penuh.

Di depan ruangan ambil darah


5. Pengambilan urine & feses

Selesai ambil darah, aku diberikan dua wadah imut untuk menampung urin dan feses. Namun karena aku masih dalam kondisi puasa, belum ada makanan dan minuman yang masuk, maka tidak ada pula air atau gumpalan-gumpalan yang keluar hahahaha. Tapi tidak masalah, aku bilang ke Kakak petugas yang mendampingi dan wadah penampungnya bisa aku pegang dulu untuk diambil urin dan fesesnya kalau memang mau keluar.

Wadah imut tapi bebanmu berat sekali, nak



6. Ronsen paru 

Berlanjut ke ronsen paru, kami jalan menuju ruang x-ray di lantai 1. Untuk proses ronsen ini aku juga pernah melakukan sebelumnya tapi area yang dironsen berbeda dan sudah beberapa tahun lalu, tentunya alat yang digunakan beda dan aku lupa-lupa ingat dengan pengalamannya. Aku diminta berdiri menghadap alat ronsen berbentuk persegi, lalu aku menempelkan badanku ke alat ronsen. Petugas akan menyesuaikan tinggi alatnya ke bagian dada, lalu aku diminta memeluk alatnya, sambil memberi instruksi dia pergi menjauh ke arah belakang. Di titik ini aku baru ingat "Oh iya kalo ronsen kan kita ditinggalin sendirian ya di ruangannya" hahahaha. Tapi sepertinya alatnya sudah semakin canggih ya, HP ku aku taro di meja tidak jauh dari alat ronsennya dan aku masih pake jarum pentul di jilbab, dan semuanya tidak masalah. Proses ronsennya cepat dan ngga berasa karena ngga ada sinar-sinar yang menyala dari alatnya, sepertinya hanya indikator bunyi aja sedikit bahkan aku ngga terlalu ingat seperti apa hehe, masih kaget oh-iya-kalo-ronsen-kan-ditinggal-sendirian.


7. Makan, puasa lagi 2 jam

Ini dia agenda yang paling aku tunggu yaitu makan makanan sehat dari rumah sakit. Jangan terlalu berkekspektasi tinggi karena porsi bumbunya pasti sangat sehat alias kurang garam. Tapi karena lapar dan aku emang suka makan jadi yaa aku sangat menikmati. Disediakan juga air mineral tapi karena botol yang disediakan kecil aku minta nambah, untungnya disediakan dispenser jadi bisa minum air lebih banyak. Setelah makan aku harus tulis jam aku selesai makan, karena setelah makan aku harus puasa makan 2 jam lagi sebelum ambil darah yang kedua.

Makanan sehat, porsinya bikin kenyang


Setelah makan, jam dan menitnya ditulis di sini.


8. Tes EKG

Setelah makan aku menunggu beberapa saat untuk melakukan tes EKG di ruangan khusus (semua tes MCU juga ada di ruangan khusus masing-masing, sih). Kalau Googling, EKG kepanjangannya Elektrokardiogram, intinya tes untuk evaluasi kesehatan jantung termasuk mengukur apakah detak jantungnya normal atau tidak. Aku diminta rebahan (satu hal yang paling aku jago), lalu dipasang alat di bagian pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan beberapa alat bulatan kecil menyebar di area dada depan dan samping. Hasilnya langsung keluar ada kertas bergambar grafik yang akan diinput oleh petugasnya ke data MCU pasien.


9. Tes Mata

Karena aku sudah memakai kacamata rutin, aku dites ketajaman mata pakai kacamata yang selalu aku pakai. Selain itu aku juga tes buta warna, dilihatin gambar bulatan bulatan berwarna seperti yang sering kita temua di game atau di internet, tapi untungnya di akhir tes ga ada jurig muncul dari buku tesnya.


10. Pengukuran fisik tubuh

Di sini aku bertemu ners yang membantu ukur tinggi dan berat badan. Selain itu, kuesioner kesehatan diri yang tadi aku isi di awal juga dicek lagi, apakah ada isian yang kurang lengkap atau yang kurang jelas akan ditanya ulang oleh Ners lalu dibantu dilengkapi di data kita.


11. Konsultasi dokter umum

Tak lama setelah bertmeu ners, aku masuk sesi konsultasi dengan dokter umum. Di sini kembali dibacakan isian kuesioner kesehatan yang aku isi. Jika ada pengalaman medis atau keluhan lain di sini kita bisa ngobrol lebih banyak dengan dokternya. 

Aku konsultasi tentang lower back pain dan dokter menanyakan detail sakitnya seperti apa, sebelumnya pemeriksaannya gimana, dan masih banyak lagi sesuai kondisi yang aku alami. Dokternya sangat komunikatif dan aku merasa nyaman untuk diskusi dengan beliau. Setelah mengobrol, dokter melakukan pemeriksaan fisik, aku diminta rebahan lagi lalu dokter memeriksa area dada dengan stetoskop, memeriksa area perut (ditekan-tekan dan ditepuk, aku cosplay jadi adonan), serta memeriksa area punggung.

Setelah itu, kalau hasil lab sudah ada yang keluar juga bisa dikonsultasikan langsung. Namun hasil labku belum ada yang keluar jadi dokternya info akan dituliskan di hasil MCU nya saja jika ada saran lanjutan. Aku sangat puas di sesi konsultasi dokter ini, kalau memang punya banyak keluhan di tubuh yang jompo ini waktu yang tepat untuk banyak tanya sama dokternya.


12. Menunggu

Selesai konsultasi, aku berganti baju ke baju biasa dan menunggu sekitar 45 menit lagi sampai total waktu aku setelah makan tadi tepat 2 jam. Selama menunggu, aku minum air putih yang banyak, main HP, dan mencoba untuk mengumpulkan sampel urin dan feses.


13. Ambil sampel darah lagi setelah 2 jam

Setelah tepat 2 jam, aku diantar lagi ke lantai 2 untuk pengambilan darah lagi. Darah diambil masih sama, dari area lipatan siku kiri. Karena sudah 2 kali kena jarum di area yang sama, kali ini cukup berasa pegalnya tapi buatku masih bisa ditolerir.


14. Menunggu persetujuan asuransi

Ternyata aku masih harus kembali ke klinik MCU untuk menunggu sebentar terkait persetujuan asuransi yang aku pakai. Ternyata menunggunya tidak terlalu lama, hanya sekitar 5 menit. Lalu karena biayanya sedikit melebihi limit asuransi yang aku punya, aku harus langsung membayar lebihnya (hal ini juga sudah diinfo sejak aku mendaftar di awal). Untuk itu aku diantar menuju kasir lantai 1.


15. Ke kasir

Sambil menuju ke area kasir, aku ditunjukkan area Customer Service tempat mengambil hasil MCUnya nanti. Setelah sampai di kasir ternyata aku hanya perlu menunggu satu antrian saja. Di sinilah Kakak-kakak petugas klinik MCU akan berakhir mendampingi kita. Terima kasih Kakak-kakak! Sangat membantu sekali, benar-benar diarahkan dari awal sampai akhir. Tidak lama menunggu, namaku dipanggil lalu bayar deh.

Foto dari deket area kasir, bagus banget huhuhu


Begitulah pengalamanku selama MCU di RSUI. Ternyata cukup panjang juga rangkaiannya dari jam 08.00 sampai sekitar jam 12.00. Untuk pengalaman pertama ini sangat seru, gedungnya juga bagus hehehe, dan dari segi pelayanan di RSUI sangat baik sekali! Terima kasih RSUI (dan kantorku yang sudah 'bayarin')! Untuk hasil MCU akan diinfokan pengambilannya melalui WA sekitar 3-5 hari kerja, tapi kemarin setelah jeda 2 hari aku sudah diinfo bahwa hasilnya sudah bisa diambil. Tidak sabar melihat hasilnya!

Aku sangat happy jadi pasien sehat di RSUI!
Continue Reading...

Follow The Author