Sunday, August 14, 2022

#BracesJourney4: Cabut Gigi Sesi 1 | Pengalaman Pakai Kawat Gigi (Behel) di Audy Dental Depok

Share it Please

Disclaimer: Pengalaman yang aku tulis mungkin berbeda dengan orang lain karena beda dokter dan beda kasus kondisi gigi, tentunya akan berbeda penanganannya ✨


6 Agustus 2022: Cabut Gigi Sesi 1

Hari yang ditunggu tiba. Setelah 12 hari terbiasa dengan behel rahang atas, aku masuk ke proses perawatan berikutnya. Aku ngga terlalu banyak cari tau soal proses cabut gigi, aku cuma banyak cari tau proses perawatan setelahnya. Tanya juga ke teman yang pasang behel dan harus cabut gigi, katanya ngga sakit, ngga lebih sakit dari pasang behel. Cukup tenang sih dengernya, tapi tetep agak tegang karena minim pengalaman. Terakhir cabut gigi waktu SD, ada dokter gigi dateng ke sekolah dan rasanya ngga sakit sama sekali. Mungkin karena waktu kecil emang giginya udah goyang, terus lagi banyak-banyaknya pengalaman gigi copot dan pemulihannya cenderung cepet karena masih anak-anak.

Aku tiba di klinik 30 menit lebih awal dan tidak lama dipanggil karena jadwalnya bisa dimajukan. Aku cabut gigi dengan drg Sandra Kosasih. Beliau nada bicaranya sangat halus dan menenangkan sekali namun tetap tegas. Pokoknya pembawaannya lembut seperti ibu peri. Aku disambut dengan lembut dan diarahkan untuk langsung menuju dental chair. Di sini kami baru ngobrol soal rencana pencabutannya, sesuai dengan arahan drg Putri SpOrt. Enaknya tindakan di klinik yang sama, meskipun beda dokter tapi sudah jelas tindakannya karena ada koordinasi dari mereka, jadi sebagai pasien tidak perlu menjelaskan panjang lebar.

Tindakan cabut 4 gigi karena dibagi 2 sesi maka akan dicabut 2 gigi per sisi per sesi (bingung ngga?). Kalau mau dicabut kanan atas berarti dengan kanan bawah, kalau mau dicabut kiri atas berarti dengan kiri bawah, harus di sisi yang sama. Saat aku tanya drg Sandra apakah ada preferensi dalam memilih sisi mana yang duluan dicabut, katanya tidak ada. Jadi aku memilih yang kiri dulu karena kalo mau kunyah ayam suwir di bubur ayam lebih enak pakai kanan dan ngga terganggu gigi yang dicabut. Dokter juga sambil memeriksa kondisi gigiku dan hasil rontgen sebelumnya.

Seperti biasa sebelum tindakan di-briefing sangat jelas. Dikonfirmasi juga apakah tensinya tinggi saat vaksin lalu. Step pertama adalah pemberian obat anastesi atau obat bius di sekitar gusi yang giginya mau dicabut. Setiap drg Sandra mau menusukkan obatnya selalu dipandu untuk tarik nafas buang nafas, dan diberi tau kalau di sisi tertentu akan lebih sakit rasanya supaya bisa siap-siap. Sungguh lembut dan menenangkan. Dikasih tau juga obat bius rasanya pahit, kalau ada yang berasa pahit jangan ditelan. Ketika obat biusnya mulai bekerja rasanya aneh, bibir tebal dan susah digerakkan, mau berkumur juga susah. 

Setelah dipastikan obat biusnya sudah bekerja, drg Sandra menjelaskan dengan detail rasanya cabut gigi seperti apa. Beliau menekan bagian bahuku dengan jari sambil menyampaikan rasanya akan seperti ditekan-tekan gini, kalau ada yang menekan berarti itu alatnya mau ambil giginya. Kalau ada rasa sakit langsung bilang karena berarti obat biusnya kurang dan harus ditambah. Aku bilang oke susah payah karena mulut rasanya sudah kebas.

Dokter pun mulai mencabut gigi bagian atas terlebih dahulu. Di awal sambil menggerakkan alatnya drg Sandra menanyakan lagi terasa sakit ngga beberapa kali, dan aku menjawab ngga. Aman dosis obat biusnya. Lalu alat di dalam mulutku digoyang-goyang. Ya rasanya seperti ada yang digoyang-goyang di dalam mulut dan ngga sakit sama sekali. Terasa juga seperti ada yang mau ditarik dari mulutku, tentu saja gigi, tapi tidak berasa sakit. Ketika prosesnya hampir selesai drg Sandra akan bilang, dan ketika giginya sudah berhasil tercabut drg Sandra juga bilang. Pas mau dicabut dan digoyang-goyang giginya memang berasa ada yang ditekan dan digoyang-goyang, kepalaku juga agak keteken ke dental chair, tapi pas dibilang udah kecabut giginya ngga berasa ada proses apa-apa di mulut. Terima kasih obat bius.

Meskipun rahang atasku sudah dipasang braket, untuk gigi yang mau dicabut memang tidak dipasang braketnya. Kawat yang melintas di giginya sedikit menghalangi tapi masih diakali dengan dilonggarkan kawatnya. Jadi untuk yang rahang atas meskipun sudah ada behelnya, proses cabutnya tetap lancar. Canggih ya...

Lalu dokter meneruskan ke gigi di rahang bawah. Aku baru terpikir karena rahang bawah itu 'hanya' tersambung engsel saja dan bagiannya 'tidak menempel' ke kepala seperti rahang atas, menahan tekanan dan dorongan di dalam mulut agak susah. Rahangku sempat terasa pegal sekali lalu aku bilang ke drg Sandra rahangnya pegal, lalu proses cabut dihentikan sejenak lalu... pipiku dipijit-pijit. Sungguh ibu peri sekali drg Sandra. Setelah aman, proses dilanjutkan dan memang rasa menekan-nekannya lebih terasa untuk rahang bawah ini. Tapi keseluruhan sama, begitu dibilang sudah dicabut giginya ngga berasa ada proses apa-apa.

Setelah tercabut aku harus berkumur antiseptik tapi tidak boleh disemburkan, jadi seperti hanya mengalir lewat saja. Aku agak panik saat berkumur karena melihat banyak darah mengalir, padahal aku ngga takut darah. Mungkin karena ngga berasa sakit tapi tiba-tiba berdarah kali ya jadi panik. Lalu rongga mulutku dibersihkan dan terakhir harus menggigit kassa dengan kuat, kassa nya diletakkan di atas gusi yang luka supaya menekan ke gusi. Agak sulit mengontrolnya karena rasanya masih kebas tapi harus menggigit dengan kuat. Air liur juga sempet berceceran karena ngga berasa lho itu iler di mulut hahaha malu. Aku diperlihatkan dua gigiku yang baru dicabut dan ditawari mau dibawa pulang atau tidak, tentu saja aku bilang tidak karena pengalaman kalau menyimpan barang kenangan yang tidak ada fungsinya ujung-ujungnya akan dibuang juga olehku. Biarlah dia dibuang di tempat yang tepat dan menyenangkan. Terima kasih gigi sudah bekerja keras selama ini!

Ilustrasi alat-alat dokter gigi

Setelah itu aku turun dari dental chair dan ngobrol dengan drg Sandra. Rasanya agak pusing dan lemas tapi harus konsen dengerin penjelasan perawatan cabut gigi seperti apa. Aku diberikan resep obat, kertas panduan perawatan setelah cabut dan kasa tambahan untuk digigit selama satu jam setelah proses cabut. Masih agak pusing, mulut susah gerak, harus gigit kasa, dengerin penjelasan dokter, semuanya cukup ngawang rasanya, aku ngga pernah ngalamin yang kayak gini sebelumnya. Untungnya drg Sandra tetap sabar menjelaskan dan mengingatkan untuk segera tebus obat dan diminum obat nyerinya. Waktu aku tanya-tanya pun drg Sandra tetap menjawab dengan detail meskipun suaraku ngga jelas karena mulut susah bergerak. Setelah ngobrol aku pun pamit meninggalkan ruangan menuju kasir.

Sambil menunggu proses pembayaran aku agak khawatir kondisi gigitku apa sudah benar dan air liurku apakah meleber lagi. Tapi tetap mencoba tenang. Biaya cabut gigi kali ini ditanggung oleh asuransi kantorku dengan detail biaya administrasi dan konsultasi Rp170.000 dan cabut 2 gigi Rp1.200.000, total Rp1.370.000. Terima kasih kantor 🙏

Setelah pembayaran aku langsung menuju apotek di sebelah klinik untuk menebus resep obat. Obat yang diresepkan drg Sandra ada antiobiotik, obat anti nyeri, dan obat bengkak. Menurutku dari waktu selesai pembayaran sampai menunggu obat waktu berjalan lambaaat banget. Dan aku semakin pusing, lemas, dan rasa nyerinya mulai timbul, gusi harus ditekan kasa tapi mulai berasa nyeri gusinya. Akhirnya obatnya bisa kuambil dan aku kembali lagi ke Audy Dental untuk numpang minum obat dan pesen taksi online untuk pulang.


Setelah Cabut Gigi...

PEDIH BANGET YA ALLAH YA RABB. Sempet berasa sakit pas peralihan dari obat bius ke obat nyeri, mana gusinya emang harus diteken pake kassa tapi udah berasa nyeri. Udah sugesti karena kata temen yang juga cabut gigi untuk behel, pas cabut gigi ngga sakit kok, tapi tetep ajaa aku merasa sakiiit. Tolong banget ini mah. Apa aku tersugesti karena lihat darahnya banyak ya? Padahal sakitnya cuma sebentar banget, pas peralihan dari obat bius abis dan obat nyerinya bekerja. Tapi sungguh bikin syok. Malam harinya susah tidur dan tidur tidak nyenyak karena takut ada gerakan-gerakan di mulut yang menganggu gusinya pulih.

Bangun pagi udah ngga nyeri tapi masih dibantu obat nyeri, tapi tetep aja nyeri yang semalam membekas di sanubari. Masih mau sugesti "ga sakit kok, lagian obat nyeri ini kandungannya sama kok kayak obat nyeri pas haid, aku pasti bisa melewatinya", sepertinya ngga ngaruh ya masih suka berasa nyeri sedikit gitu kayak trauma. Padahal beneran udah ngga berasa nyeri. 

Lalu karena aku selalu khawatir jadi sehari setelahnya aku hanya minum jus dari Nakedpress Juice yang paket detox mereka. Tidak makan makanan apapun. Ini aku bukan merekomendasikan yaa, bahkan aku kurang merekomendasikan karena efeknya bikin tubuh lemas. Di luar sana memang banyak pro kontranya jadi silakan dipertimbangkan masing-masing yaa.

Dua hari kemudian setelah cabut gigi, ada timbul sariawan di bibirku. Sepertinya efek karena malam hari bibirku kering lalu kegigit. Aku termasuk orang yang hampir ngga pernah sariawan, ternyata perih banget ya dan ngga nyaman. Untuk kondisi gusi, bekas lukanya udah ngga berasa sakit sama sekali. Pastiin aja setiap habis makan atau sebelum tidur, kumur pelan supaya ngga ada makanan yang nyangkut di situ. Aku tetap makan bubur dan sempat konsumsi bone broth yang ayam dan ikan gabus, enak juga rasanya.

Hari kelima aku sudah WFC sama teman-teman kantorku. Aku tetap makan bubur karena terlalu khawatir, tapi sempat ngemil tahu dan aman sih. Karena banyak ngobrol dan ketawa-ketawa gusiku sempat ngilu sedikit, kaget kayaknya dia. Pantas saja di kertas panduan perawatan setelah cabut gigi, dianjurkan untuk tidak buka mulut terlalu lebar dan jangan terlalu banyak bicara hahahaha.

Intinya cabut gigi ga separah itu kok, kemungkinan sakitnya cuma sebentar tapi aku keburu syok, sampe udah ngga mau banget cabut gigi lagi hiksss, tapi harus. Masih ada dua gigi lagi yang harus dicabut huhu wish me luck.

No comments:

Post a Comment

Follow The Author